Rabu, 28 April 2010

naskah teks pidato singkat

Contoh Teks Naskah Pidato Singkat Terbaik Top Google
Posted by Ndruchyat on 29-04-2010

pidato contoh naskah teks Contoh Teks Naskah Pidato Singkat Terbaik Top GoogleSaya cuman nuruti trend pencarian google saja, dengan demikian artikel dibawah ini bisa lebih berguna dan anda tidak usah mencari cari kesana kemari bila membutuhkannya, dalam daftar web search google 30hari terakhir keyword Pidato berada dalam urutan ke tujuh rising searches / pencarian meningkat dengan nilai kenaikan 90%, mungkin lagi musim adik adik pelajar atau mahasiswa yang lagi belajar pidato nih, peringkat tiga besar tema yang diangkat terpopuler adalah naskah teks tentang pidato pendidikan, perpisahan, dan kebersihan , berikut ini kami coba pilihkan contoh pidatonya dari blog/web terbaik atas petunjuk google,
Contoh Teks Pidato Kebersihan Lingkungan
Salam sejahtera
Yth. Suster, Bapak dan Ibu guru, serta teman-teman yang terkasihSelamat Pagi,
Marilah kita bersama-sama memanjatkan syukur kepada Tuhan, karena pada pagi hari yang cerah ini kita bisa berkumpul bersama di tempat ini.
Teman-teman yang saya kasihi, kita ketahui bahwa lingkungan merupakan tempat hidup bagi semua makhluk hidup. Oleh karena itu kita harus menjaga kelestarian lingkungan kita agar kita dapat hidup dengan nyaman. Salah satu cara menjaga kelestarian lingkungan adalah menjaga kebersihannya. Menjaga kebersihan lingkungan dapat dimulai dari hal-hal yang kecil, tetapi terkadang sangat sulit dilakukan oleh kita. Contohnya adalah membuang sampah pada tempatnya.

Agar kita bisa menjaga kebersihan lingkungan kita, terlebih dahulu kita harus mengetahui definisi dari kebersihan lingkungan. Kebersihan lingkungan adalah suatu keadaan dimana lingkungan tersebut layak untuk ditinggali manusia, dimana keadaan kesehatan manusia secara fisik dapat terjaga.

Saat ini kesadaran untuk menjaga kebersihan di kalangan kita sebagai seorang murid sangatlah kurang. Dilihat dari lingkungan sekolah kita yang masih terdapat sampah yang berserakan, entah sampah plastik makanan-minuman, atau kertas. Padahal tempat sampah yang disediakan sekolah sudah memadai. Di setiap sudut sekolah terdapat tempat sampah, di dalam kelas pun terdapat tempat sampah. Namun tidak adanya kesadaran dari kita untuk membuang sampah pada tempatnya sebagai wujud menjaga kebersiahan lingkungan sekolah kita.

Selain membuang sampah pada tempatnya, kita juga dapat menjalankan piket kelas sebagai aksi menjaga kebersihan lingkungan di lingkup sekolahan. Dan biasakan memilah sampah sesuai dengan kelompoknya sebelum dimasukkan ke tempat sampah.
Jenis sampah dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Sampah Basah yaitu sampah yang mudah terurai dan membusuk,
contoh; sisa makanan, sayur dan buah2an, sampah kebuh dan sampah dapur.

2. Sampah Kering yaitu sampah yang tidak bisa membusuk dan terurai secara alamiah,
contoh: kertas, kardus, plastik, tekstil, karet, kaca, kaleng, dll

3. Sampah B3 (Bahan Berbahaya & Beracun) yaitu sampah beracun dan reaktif yang sangat membahayakan kesehatan dan kehidupan organisme antara lain, baterai, cat, pestisida, sampah rumah sakit, dll.
Tetapi tempat sampah yang biasa disediakan hanya 2 jenis, yaitu sampah basah dan sampah kering.

Saat ini kita harus disadarkan untuk menjaga kebersihan lingkungan kita, karena akibat dari kurangnya menjaga kebersihan lingkungan dapat membuat bencana bagi kita, seperti banjir dan wabah penyakit. Dan masalah utama kita saat ini adalah Global Warming atau pemanasan global. Oleh karena itu harus timbul kesadaran dari setiap pribadi kita untuk menjaga kebersihan lingkungan kita. Agar kelak, tidak ada bencana yang menimpa kehidupan kita akibat dari kurangnya kesadaran menjaga kebersihan lingkungan.

Sebagai penutup, saya hanya ingin menyampaikan pesan dari pidato saya dengan menyampaikan sebuah pepatah. Kebersihan adalah sebagian dari iman. Dengan ini saya berharap teman-teman peduli dan sadar dengan pentingnya menjaga kebersiahan

Sekian pidato dari saya, mohon maaf jika ada salah kata.

Terimakasih dan selamat pagi.
Negara Versus Korupsi: Mencari Indonesia Dalam Agama dan Kebudayaan

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Suatu kehormatan yang besar bagi kami memperoleh kesempatan menyampaikan Pidato Kebudayaan “Negara Versus Korupsi: Mencari Indonesia dalam Agama dan Kebudayaan” di Taman Ismail Marzuki. Terlebih lagi, kesempatan ini diberikan di dalam sepertiga akhir bulan mulia Ramadhan 1425 H. Saat dimana kita kian mendekatkan diri kepada-Nya sembari berkaca diri terhadap pencapaian moral spiritual individual dan kesalehan sosial kita. Untuk kehormatan yang membahagiakan ini kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dewan Kesenian Jakarta, yang telah memelihara suatu tradisi positif untuk menciptakan kedekatan hubungan rakyat dengan rakyat dan rakyat dengan pemimpin. Usaha ini perlu dipelihara dan didorong terus, mengingat makin berjaraknya hubungan keduanya. Dus, karena berjaraknya hubungan ini, isu-isu dan agenda bangsa menjadi elitis kian menjauh dari kepentingan kalangan akar rumput. Tradisi tatap muka ini, sangat mungkin menghadirkan kehangatan bersosialisasi, sekaligus memberi kesempatan para pemimpin untuk belajar langsung dari kebersahajaan rakyatnya.

Para hadirin dan hadirat yang terhormat, para budayawan, para seniman, para aktivis, para cendekiawan, para mahasiswa dan kawan-kawan tercinta,

Dalam kesempatan yang terhormat dan penuh kebahagian ini, sungguh tepat bila kita merenungkan sejenak perjalanan reformasi yang mengamanatkan demokratisasi , pemberantasan korupsi, perbaikan ekonomi dan jaminan keamanan. Perihal proses demokratisi, kita bersyukur kepada Allah SWT, karena rakyat telah berhasil melaksanakan pemilu legislatif, DPD dan pemilihan presiden langsung ; suatu tradisi berdemokrasi yang begitu penting dan akan menentukan nasib bangsa dan negara kita.

Harus diakui secara jujur, perjalanan nasib bangsa dan negara kita telah mengalami berbagai musim pancaroba dan gelombang pasang surut yang melahirkan harapan sekaligus kecemasan. Kecemasan yang mendalam selama sewindu krisis multidimensi ini bahkan berimbas pada krisis identitas bangsa. Taufiq Ismail (2003) secara sinis memotret kondisi ini dalam, “Tak Tahu Aku Apa Jati Diriku Kini”:

Kita hampir paripurna jadi bangsa porak poranda,
terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara didunia

Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia kini, sudah untung
Pergelanggan tangan dan kaki Indonesia diborgol di ruang tamu Kantor
Pegadaian Jagat Raya, dan dipunggung kita kaos oblong dicap sablon
besar-besar : Tahanan IMF dan Bank Dunia.
Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu di dunia,
diusir pula di tangga pelabuhan,
terapung-apung di lautan,
Kita sudah tidak merdeka lagi.
Indonesia sudah masuk ke dalam masa kolonialisme baru,
dengan penjajah yang banyak negara sekaligus,
Nilai-nilai luhur telah luluh lantak,
berkeping-keping dan hancur,
berserakan di kubangan Lumpur,…”

Senada dengan gambaran di atas, dalam bahasa lain yang futuristik, pujangga Ronggowarsito (1802-1873) menulis “Serat Kalatidha” memprediksi munculnya “jaman edan”, suatu masa krisis sebuah bangsa. Secara bijak, pujangga ini menasihati kita agar tetap “eling” dan “waspada”.

Amenangi jaman edan ,ewuh aya ing pambudi

melu edan ora tahan

yen tan melu anglakoni,boya kaduman melik

kaliren wekasanipun

Ndilallah karsa Allah

Sakbeja-bejane kang lali

luwih beja kang eling lawan waspada..

Para hadirin dan hadirat yang berbahagia,

Masalah korupsi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tubuh bangsa ini. Ia telah menjalar sebagai budaya sekaligus penyakit akut bagai virus ganas yang aktif menggerogoti ke sekujur tubuh negara. Ia bukan lagi bisul yang bisa ditutup-tutupi. Sungguh ironis, sebagai bangsa yang berbudaya luhur dan beragama –bahkan menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai pilar pertama dasar negara- juara pertama korupsi justru kita sandang. Berbagai indikator “olimpiade korupsi” diselenggarakan oleh lembaga asing semacam Transparancy International (TI) dan Political Economic Risk Consultancy (PERC), menempatkan RI sebagai ‘pemenang’.

Dampak praktik korupsi begitu jelas telah memporak-porandakan bangsa kita. Studi Rose Ackerman (1999) menunjukkan bahwa negara-negara dengan tingkat korupsi yang tinggi memiliki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap institusi-institusi publik. Ini berakibat lanjut pada pudarnya komitmen warga pada proyek kolektif dan perilaku warga, memacu tingkat kriminalitas dan disorganisasi sosial. Secara lebih khusus, laporan UNSFIR (United Nations Support for Indonesia Recovery, 2000) menyatakan bahwa keterlambatan Indonesia untuk melakukan pemulihan (recovery) pasca krisis yang menimpa Asia sejak 1997 juga akibat meluasnya korupsi di sektor publik
Sedangkan, Della Porta (2000) menengarai bahwa korupsi merupakan sebab dari buruknya kinerja pemerintahan. “Korupsi membawa buruk kinerja pemerintahan, dan buruknya kinerja pemerintahan merangsang warga negara untuk mengembangkan praktik-praktik penyuapan untuk mempermudah urusan atau mempengaruhi proses pengambilan keputusan, yang pada gilirannya kian menyuburkan praktik korupsi. Pada akhirnya, tingginya tingkat korupsi menimbulkan rendahnya tingkat kepercayaaan terhadap demokrasi.” Dengan kata lain, meminjam istilah Yudi Latif (2002), korupsi sangat erat dengan delegitimasi politik. Walhasil, pemerintahan yang koruptif akan menuai delegitimasi politik yang tidak menguntungkan sama sekali dengan demokrasi.

Para hadirin dan hadirat yang berbahagia,

Relasi agama dan pemberantasan korupsi dapat disederhanakan sebagai, “prestasi negara yang bangsanya religius akan lebih baik dalam pemberantasan korupsi”. Apabila yang terjadi sebaliknya, kita tidak serta merta menunjuk kesalahan terletak pada an sich agama, namun pada penghayatan keberagamaan masyarakat. Sangat gamblang, semua agama melarang perbuatan korupsi. Tetapi, mengapa orang beragama masih terjerumus pada tindakan yang dimusuhi agama? Salah satu jawabannya adalah tercerabutnya penghayatan terhadap visi agama yang luhur dalam praksis sosial sehari-hari. Sebagian kita masih lebih mementingkan kesalehan individual, dan kehilangan elan kesalehan sosial. Disinilah dibutuhkan peran keteladanan para pemimpin nasional untuk menegakkan kualitas spiritual bangsa, memupuk kualitas moral dan meningkatkan harkat martabat bagsa , menjadi krusial.

Kita menaruh harapan besar pada upaya pemberantasan korupsi sebagaimana telah dijanjikan oleh presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono yang kini bekerja keras dengan kabinet Indonesia Bersatu. Selain keberadaan berbagai perundangan untuk penyelenggaraan tata pemerintahan yang bebas KKN, rencana program 100 hari dengan terapi kejut seperti me”Nusakambang”kan para koruptor patut kita apresiasi dan tunggu pengejawantahannya. Larangan yang diserukan Komite Pemberantasan Korupsi supaya pejabat tidak menerima parsel juga merupakan angin segar pertanda mulai muncul gerakan mengurangi masuknya pintu-pintu budaya KKN.

Jauh sebelum hingar bingar Pemilu, ormas tertua di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah bersama-sama telah mengikat janji untuk bahu membahu memerangi budaya korupsi. Kita juga bersyukur dengan maraknya jaringan lembaga-lembaga swadaya masyarakat atau organisasi non pemerintah sejak beberapa tahun silam membentuk koalisi anti korupsi di setiap kabupaten dan provinsi melalui Gerakan Rakyat Anti Korupsi (GeRAK).

Meskipun perlu terus mengkritisi efektivitas gerakan populis tersebut, kita berharap ormas-ormas lain untuk terlibat aktif dan kreatif menyambut semangat perang memberantas korupsi. Secara moral, lembaga dan ormas keagamaan memiliki otoritas menyerukan kepada institusi maupun individu anggotanya untuk menolak keras setiap sumbangan haram yang terindikasikan korupsi. Seruan atau slogan-slogan pemberantasan budaya korupsi seyogianya selalu dikelola secara cerdas dan berkesinambungan, mengimbangi kampanye konsumtivisme, hedonisme dan materialisme yang setiap hari gencar mengepung pemirsa lewat berbagai media massa.

Alangkah indahnya membayangkan sinergi agama dan negara dalam pemberantasan korupsi; penegakkan hukum yang adil tanpa pandang bulu dilakukan pemerintah , sementara penghayatan keberagamaan melalui keteladanan para pemimpin dijalankan secara nyata, bukan sekedar wacana belaka.

Dengan begitu agama benar-benar mampu menjadi kekuatan solutif bagi problema bangsa dan selalu mengedepankan azas manfaat (utility). Agama seyogianya menjadi ujung tombak yang merekatkan seluruh umat untuk saling mengokohkan eksistensi bangsa dalam memberantas korupsi. Ini sekaligus menepis anggapan negatif bahwa agama menjadi sumber konflik dan teror. Kita patut mendorong fungsi profetik agama yang mengedepankan supremasi hukum, proses demokratiasai dan memerangi korupsi. Fungsi ini hendaknya ditumbuh kembangkan secara partisipatoris dan dialogis mengingat pluralisme dalam kebangsaan kita. Jadi, tidak dibenarkan oleh agama atau hukum positif manapun, upaya pengurasakan secara sepihak terhadap tempat-tempat atau simbol kemaksiatan tanpa mengindahkan dampak yang muncul sebagai akibatnya.

Terdapat ungkapan ‘the fish rots from the head’, ikan membusuk dari kepala. Dalam kalimat lain dinyatakan, ‘Bayangan selalu mengikuti sang badan’. Intinya adalah budaya paternalistik kita masih kuat. Rakyat cenderung melihat contoh dari apa yang dilakukan pemimpinnya. Karenanya, budaya paternalistik ini seyogianya mampu kita kelola untuk merekonstruksi perubahan mental pada elitnya. Jika para elit pimpinan bangsa menghendaki perubahan, perubahan itu pun harus dimulai dari pucuk pimpinan. Mustahil mengharapkan muncul perubahan budaya melawan korupsi, apabila elit pemimpin justru merasa nyaman dengan praktik tersebut. Mustahil mengharap negara berani membersihkan koruptor jika pemimpin kita membiarkan inefisiensi birokrasi tetap terjadi.

Kebersahajaan, kebersihan dan kepedulian merupakan contoh-contoh ajaran mulia setiap agama untuk diperbincangkan sekedar sebuah idiologi. Semua ini bisa dipraktikkan sehari-hari, dan alangkah indahnya jika dimulai dari para pemimpin kita yang memiliki kedudukan sangat penting di dalam masyarakat, dan karenanya mempunyai pengaruh yang luas dalam masyarakat.

Pada dasarnya, semua agama mengajarkan idealisme yang baik bagi penganutnya. Idealisme seperti bersahaja, bersih dan peduli jika dikerjakan dari yang kecil-kecil oleh pemimpin-pemimpin besar kita, maka merupakan bagian dari pengobatan penyakit sosial seperti korupsi.

Pemimpin yang peduli tidak akan membiarkan kemungkaran terjadi di depan mata mereka. Mereka tidak saja menjaga fisik dan lingkungan sosial yang bersih, namun lebih dari itu kebersihan moral dan nurani akan selalu dipelihara. Mereka merasa kepemimpinan adalah amanah yang harus dijunjung tinggi, namun tetap dengan sikap bersahaja terhadap rakyat yang dipimpinnya. Mereka yang bersahaja akan jauh dari sikap tamak yang selalu menginginkan kelebihan materialisme dan hedonisme, -sumber godaan melakukan korupsi-.

Kebesaran seorang tokoh pemimpin yang bersahaja, bersih dan peduli tidak datang secara sekejap dan tiba-tiba. Ia terlahir dari proses transformasi nilai yang lama ditempa sejak dini dalam lingkungan keluarga. Transformasi nilai tidak datang mendadak dalam kuliah-kuliah di perguruan tinggi atau lembaga-lembaga pendidikan formal. Kepuasan kita selama ini hanya pada verbalisme (Nurcholish Madjid, 2004) Yaitu perasaan telah berbuat sesuatu karena karena telah mengucapkannya sehari-hari. Seolah-olah kalau kita bicara kitab suci, sabda Tuhan, sabda Allah, dan suri tauldan para Rasul, para nabi, para aulia itu semuanya sudah selesai (Mohamad Sobary, 2004). Kebersahajaan, kebersihan dan kepedulian tidak akan terwujud hanya karena dikatakan dan dibicarakan setiap hari –betapapun kita sering dan rajinnya melakukan –melainkan harus dengan tindakan keteladanan yang berani, teguh dan istiqamah. “Mengapa kamu semua mengatakan sesuatu yang kamu sendiri tidak mengerjakannya?! Sungguh besar dosanya di sisi Allah bahwa kamu mengatakan sesuatu yang kamu sendiri tidak mengerjakannya”

Kalau kita tengok sejarah, transformasi nilai yang dialami tokoh-tokoh pemimpin berawal dari didikan sejak kecil pada keluarga mereka. Di rumah tangga, patut diadakan dialog-dialog tata nilai atau ajaran yang meskipun normatif, tidak melulu diajarkan secara normatif. Diperlukan pendekatan secara dialektis dalam keluarga sehingga terlatih jika ada bandingan-bandingan. Ketika orang bicara bersih dan bersahaja, maka bersih dan bersahaja tidak bisa dijejalkan kepada anak sebagai sesuatu yang jadi. Ketika masih kanak-kanak kita tentu hapal bahwa kebersihan sebagian dari iman, namun bagaimana kebersihan sebagian dari iman itu supaya tidak tinggal kata-kata.

Secara singkat dapat disimpulkan, kita menginginkan pemimpin bersahaja, bersih dan perduli bukan karena kebetulan bersahaja, bersih dan perduli. Namun karena bersahaja yang betul, tidak karena kebetulan. Bersih dan perduli pun yang betul, bukan karena kebetulan. “Tugas kebudayaan bangsa kita mengubah, mentransformasi segala hal apakah itu wisdom, apakah itu nilai-nilai dan semua perangkat ajaran dari tataran normatif menjadi tataran yang menyejarah, membuat orang-orang jujur itu jujur menyejarah.” (M. Sobary, 2004) .Barangkali inilah saatnya tatkala elit pemimpin kita justru perlu belajar dari kebersahajaan, kebersihan dan kepedulian dari rakyatnya.

Keteladanan yang berani, teguh dan istiqamah termasuk nilai budaya yang kita ingin transformasikan sehingga menjadi gerakan nyata baik di tingkat elit pemimpin atau rakyat. Keteladan yang berani dapat muncul oleh karena kesadaran ketuhanan yang merata. Menurut Moh. Iqbal:

“The sign of a kafir is that he is lost in horizon, while the sign of a mukmin is that the horizon lost in him”

Para hadirin dan hadirat yang berbahagia,

Sesuai dengan pasal 32 UUD 1945 yang telah diamendemen, salah satu tugas kebudayaan kita juga adalah mendorong pluralisme budaya. Negara memajukan kebudayaan nasional dengan tetap menjamin kemerdekaan masyarakat dalam melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai kebudayaanya. Selanjutnya, negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Kemajemukan budaya ini harus kita terus dorong tanpa perlu terjebak pada etnosentrime sempit sehingga warisan adi luhung nenek moyang kita tetap eksis di tengah-tengah pertempuran global elemen budaya asing.

Salah satu warisan adi luhung yang cukup relevan kita pelihara adalah wasiat Ronggowarsito. Di tengah zaman “edan”, ketika budaya korupsi sudah mewabah demikian dahsyat, nasihat untuk“eling” dan “waspodo” dapat dikontekstualisasi dengan apa yang menjadi nilai-nilai kebangsaan di dalam UUD 1945.

Kita diharapkan ‘eling’ bahwa bangsa ini memiliki potensi untuk bangkit dan bersaing dengan budaya bangsa lain (global). Kita menyadari , ‘eling’ sepenuhnya bahwa dengan kesederhanaan ketika masa perjuangan mampu menghantarkan bangsa ini merdeka dari penjajah.

“Waspodo” dapat dimaknai agar kita menghadirkan kesadaran penuh tentang jati diri bangsa yang tidak ingin tereduksi justru karena budaya korupsi. Secara sederhana, budaya ‘waspodo’ telah ditunjukkan oleh rakyat kita dalam Pemilu 2004 silam. Budaya ‘money politics’ sudah berkurang tidak seperti dikhawatirkan banyak pihak.

Wallahua’lam bishowaab,

Wabillahitaufik wal hidaayah,

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Contoh Pidato HARI PENDIDIKAN NASIONAL
Saudara-saudara sekalian !
Yang saya hormati Dosen Stai Darul Qalam Drs. Habibullah .
Yang saya hormati mahasiswa/ mahasiswi Stai Darul Qalam .
Alangkah bahagianya saya selaku menjabat sebagai ibu kepada Negara Indonesia, pada hari ini ! pada hari ini, kita merayakan hari pendidikan Nasional, yang bertempat dilapangan Istana Bogor pada tanggal 2 Mei 2007. Dengan memperingati Pendidikan Nasional semoga kita lebih semangat /bangkit untuk memajukan dan mencerdaskan pendidikan anak-anak bangsa agar berguna bagi bangsa, Negara dan Agama.
Pertambahan anak umur sekolah yang cepat dan pertambahan lulusan tiap jenjang pendidikan yang besar, tapi tidak diikuti penambahan prasarana dan sarana pendidikan yang cepat dan memadai, menimbulkan masalah bagi pemerintah untuk memberikan “pendidikan dan pengajaran” pada semua warga Negara sebagaimana diamanatkan oleh undang- undang Dasar.
Persoalan ini krusial mengingat beragamanya geografis nusantara yang luas dan terpencar dengan tingkat perkembangan sosial-ekonomi-kultural berbeda. Ketika itu untuk pertama kali pelaksanakan REPELITA dengan tekanan pada pembangunan ekonomi yang dipandang sebagai landasan bagi aspek- aspek lain dari pembangunan nasional. Dalam pembaruan pendidikan perhatian difokuskan pada upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kualitas serta penataan kesempatan mendapat pendidikan. Mengenai yang terakhir ini sulitlah dicapai bila hanya melalui cara-cara konvesial yaitu memanfaatkan teknologi komunikasi dan teknologi ,informasi radio dan televisi. Pada tahun 2007 pemerintah telah menetapkan APBN untuk pendidikan sebesar 20% bagi SD, SLTP dan SLTA. Program dan kegiatan yang dilakukan tidak semata-mata atas dasar pertambahan jumlah gedung sekolah, guru, buku dan lain-lain.

Alternatif yang didentifikasikan adalah :

1. Penambahan daya tampung SLP yang dilakukan baik dengan penambahan sekolah baru
2. Peningkatan daya tampung sekolah- sekolah swasta
3. Pengembangan sekolah terbuka dengan media korespodensi, modul, siaran radio, siaran televisi dan lain-lain
4. Pembukaan kursus- kursus ketrampilan praktis diluar sekolah sebagai jalur penyaluran kemasyarkat..

Ki Hajar Dewantara (1889-1959) seorang tokoh pendidikan Indonesia yang memprokarsai berdirinya lembaga pendidikan Taman siswa. Dia lebih terkenal dengan filsafat” tut wuri handayani, hing madya mangun karsa, hing ngarso sung tulada. Dewantara mengklasifikasikan tujuan pandidikan dengan istilah “ tri-nga”(tiga “nga-nga adalah huruf terakhir dalam abjad jawa ajisak). “Nga” pertama adalah ngerti” (memahami /aspek intelektual). “Nga kedua” adalah “ngrasa” adalah (merasakan aspek afeksi), dan “nga” ketiga adalah “nglakonin” (mengajarkan atau aspek psikomotorik). Merumuskan tujuan pendidikan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Dewantara, adalah hak tiap orang untuk mengatur diri sendiri, oleh karena itu pengajaran harus mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batin, pikiran, dan tenaga. Pengajaran jangan terlampau mengutamakan kecerdasan pikiran karena hal itu dapat memisahkan orang tepelajar dengan rakyat.
Akhir sampai disini, semoga bangsa Indonesia lebih meningkatkan dan mencerdaskan serta menciptakan anak-anak didik yang produktif, kreatif, dan inovatif yang berguna bagi bangsa dan Negara, Menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mandiri yang dapat memenuhi kebutuhan global

Contoh Pidato Perpisahan

Pidato Perpisahan Ibu Yasmin Fachir


Malam ini, tepatnya jam 01.00 dini hari, Bapak dan Ibu Yasmin Fachir serta keluarganya akan berangkat menuju Cairo, Mesir. Untuk mengenang Ibu Yasmin, dibawah ini adalah ucapan perpisahan beliau saat acara perpisahan dengan DWP dan Malindo.

Ass. Wr. Wb

1. Yth. Bapak KUAI dan bapak-bapak homestaff KBRI KL
2. Yth. Tengku.., Puan Sri2, datin2 dan ahli2 malindo
3. Yang saya cintai dan saya sayangi, Ibu2 pengurus dan anggota Dharma Wanita Persatuan KBRI KL
4. Serta para undangan dan hadirin yang saya hormati

Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkah karunia dan rahmat Nya kepada kita semua.


Pertama2 saya mengucapkan terima kasih kepada Pengurus Dharma Wanita KBRI KL yang secara khusus mengadakan acara perpisahan untuk saya pada hari ini. Waktu berlalu begitu cepat, 3 tahun kurang 1 bulan, tidak terasa saya mendampingi suami bertugas sebagai Wakil Kepala Perwakilan KBRI KL. Kini, karena penugasan yang baru, kami harus berpindah ke pos yang baru pada akhir bulan ini.


Untuk dimaklumi hadirin semua, pada tanggal 11 September yang lalu, Ibu Marita Razak telah terpilih secara aklamasi sebagai ketua DWP KBRI KL yang baru. Untuk itu saya ingin mengucapkan terima kasih atas kesediaannya sekaligus selamat atas kepercayaan para anggota untuk menjadi nakhoda organisasi.


Pada kesempatan ini, izinkan saya menyampaikan permohonan maaf atas segala kata maupun tingkah laku saya yang tidak berkenaan di hati ibu2 semua.


Hadirin yang saya hormati,

Saya merasa mendapat kehormatan dan bersyukur diberi Allah kesempatan menjadi wakil dan ketua DWP KBRI KL dalam kurun waktu kurang lebih 3 tahun. Dalam masa ini, menurut pandangan saya, DWP KBRI KL berjalan baik sesuai dengan program yang telah ditetapkan oleh DWP Deplu. Semua ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan ibu2 pengurus yang saya cintai dan saya sayangi.


Pada hari ini, saya ingin mengenang kembali hari2 indah dan meyenangkan saat kebersamaan saya dengan ibu2 pengurus dharma wanita KBRI KL dan sekaligus berbagi kesan tentang mereka satu per satu kepada para hadirin.


Di bagian sekretariat, kita mempunyai seorang sekretaris yang cantik dan kelihatan masih seperti anak2 sweet 17. Kalau menyusun acara rapat, dokumen serah terima jabatan dll, selalu rapi dan teliti. Tidak salah kalau ibu2 pengurus akhirnya memilih ibu Marita Razak yang rendah hati ini menjadi ketua, menggantikan saya.


Ibu yang mempunyai rambut keriting ini lain lagi. Kalau duduk lama di depan komputer, rambutnya akan tambah keriting, terutama kalau kami mau menerima kedatangan presiden dan wakil presiden. Walaupun demikian, ia masih bisa tetap tersenyum apalagi dengan tahi lalat di bibirnya, tambah manis senyuman ibu Dyah Eka.


Sarjana S2 dan masih tergolong ibu2 muda ini juga tidak kalah dengan seniornya. Dia juga pandai berjalan di atas catwalk dengan postur tubuh layaknya model professional. Itu lah Ibu Lina Hari.


Buletin DWP KBRI KL tidak akan bisa dinikmati oleh kita semua tanpa kecanggihan dan pengalaman yang dimiliki oleh Ibu Isnawati Sukendar. Beliau juga menjadi country Rep DWP KBRI KL di ASEAN Ladies Circle.


Ibu yang satu ini juga mempunyai banyak kelebihan. Selain suka menyanyi, ia juga pandai menari dengan lemah gemulai. Ibu Mira Sapto adalah satu2nya ibu yang nekad, berani tampil bergabung dengan bapak2 home staff bermain drama.


Bila kami berkumpul di dharma wanita, tentunya kami perlu makan dan minum. Ibu angkatan udara inilah yang menyediakan logistik dharma wanita. Selain itu juga menyediakan cendera mata, sertifikat penghargaan untuk ibu2 yang akan kembali ke tanah air. Ibu Suciani Kodrat juga mewakili Indonesia diajang kompetisi karaoke ALC.


Last but not least, sekretariat DWP dibantu oleh Ibu Titi Rizaldi yang tadinya ditempatkan sebagai fotografer bulletin. Tetapi sekarang dia sedang cuti menunggu kehadiran si buah hati kembar yang sudah dinantikan kurang lebih 9 tahun lamanya.


Setiap bulan, pertemuan DWP ibu2 pasti akan disambut oleh Ibu Desi Muzakir yang murah senyum dan tanpa banyak bicara. Ia akan mengumpulkan uang arisan dan iuran DWP untuk semua pengurus dan anggota.


Ibu Muzakir dibantu oleh Ibu Eulis yang geulis dan berkerudung ini di bagian bendahara dharma wanita. Saya dan Ibu Eulis punya suami yang hobinya sama bermain golf. Kami sudah biasa kalau pada hari sabtu dan minggu ditinggal pergi main golf. Apa boleh buat kami pergi sendiri membawa anak2 pergi ke mall atau tinggal di rumah.


Kita beralih ke bidang pendidikan. Bidang ini dikomandani oleh “Ibu Pejabat Polis”, begitu biasanya beliau dipanggil oleh ibu2 pengurus. Jangan salah loh! Bukan “kantor pusat kepolisian”. Tetapi istri “ Senior Liason Officer” (SLO) di KBRI KL. Ibu Hardina Setyo suka melucu dan membanyol. Hampir saja dia ditarik menjadi anggota srimulat. Karena Pak Setyo ditugaskan ke Malaysia akhirnya tidak jadi, dan sekarang malah menjadi Ibu guru bagi tenaga kerja wanita Indonesia yang bermasalah di shelter KBRI.


Di seksi pendidikan juga ada ibu yang menjadi anggota Korps Wanita AL, yang sebelum suaminya ditempatkan di Malaysia, dia bertugas di bagian protocol kantor wakil presiden di Jakarta. Ibu Bebi Yunus yang expert dalam membuat kue sus ini bertugas mengkoordinir pengajian DWP. Sedang di bagian beasiswa DWP KBRI KL menugaskan Ibu Endang Jawad, istri Kepsek SIK yang juga seorang guru. Beliau ini mempunyai vokal yang indah bila membaca puisi dan menjadi MC pada setiap acara di KBRI.


Saya juga merasa bersyukur mempunyai Ibu Amran dan Ibu Febri Agus yang ahli di bidang sulam menyulam dan menjahit. Keahlian ibu2 ini kami salurkan untuk memberikan pelatihan pada TKW yang menunggu proses pemulangan ke Indonesia.


Bidang Ekonomi. Bidang ini identik dengan seksi konsumsi. Setiap ada kepanitiaan di dharma wanita, ibu2 bidang ekonomi selalu ditunjuk sebagai seksi konsumsi.


Meniko lho ibu2! Ketua bidang ini adalah istri dari angkatan udara. Ibu Retno anjar meniko tiangi pun orangnya tegas dan disiplin. Sepertinya lebih tegas daripada Ibu Bebi yang SERKA AL dan Bapak Anjar yang Kolonel AU. Beliau ini sangat piawai dalam bernegosiasi dengan mitra bisnisnya. Ketegasan ketua bidang Ekonomi dinetralisir oleh wakilnya, Ibu Ugi Pramono yang kalau berbicara hampir2 tidak terdengar suaranya.


Ibu Yanti Slamet yang suka menulis novel di bulletin DWP ini, juga kami perbantukan di bidang ekonomi. Walaupun beliau pada jam2 tertentu sering mendapat serangan “kepyur” katanya orang Jawa, alias mengantuk bahasa Indonesianya.


Bidang ini tambah solid dengan kehadiran 3 serangkai ; ibu Siti Redi, ibu Murni Edy dan ibu Sawitri Anwar. Ibu2 ini mengetahui secara mendalam seluk beluk pasar. Jangan salah lho ibu2! Bukan “pasar modal” atau “stock exchange” tetapi pasar “chow kit”.


Bidang social budaya. Pada awal kedatangan Ibu yulia Dibyo ke Malaysia, beliau harus menerima dan mengurus tamu2 serta ibu2 jendral dari pusat. Saya merasa kasian kepada Ibu Dibyo. Untung saja wakilnya Ibu Kusmulyasari Teguh dapat mengambil alih tugas2 sosbud. Tugas mereka menyiapkan parsel yang dikirim pada saat kedatangan home staff ke KL. Tim sosbud diperkuat oleh Ibu Indri Widodo, Ibu Musliana Imran, Ibu Tri Handoko dan Ibu Sahar. Mereka berbagi tugas untuk mengirim bunga bila ada tamu2 VIP dari Jakarta dan mengunjungi pengurus serta anggota yang sakit dan bersilaturahmi dengan masyarakat.


Demikianlah sekilas kesan saya mengenai ibu-ibu yang selama ini bekerja bersama saya dalam suka dan duka. Saya minta ambillah segala sesuatu yang indah-indah tentang kebersamaan kita dan lupakanlah hal-hal yang tidak disukai. Peliharalah kekompakan yang telah kita ciptakan dan bina sejauh ini. Saya yakin, tidak ada tugas yang berat bila dilaksanakan secara bersama-sama atas dasar solidaritas yang tinggi.


Akhirnya, perpisahan fisik ini bukanlah sebuah akhir. Silaturrahmi kita akan terus berlangsung meski kita dipisahkan oleh samudera dan perbedaan waktu selama enam jam. Yang jelas, kini ibu-ibu punya alasan dan motivasi untuk menabung untuk dapat menyaksikan sphinx dan belly dancing. Pintu Wisma Duta di Cairo akan terbuka dengan lebar untuk menyambut ibu-ibu. I am gonna miss you all, so very much.

Mohon pamit.

Wass. Wr. Wb.

Ibu Yasmin Fachir