Kamis, 26 Januari 2012

Aliran Murji’ah

Aliran Murji’ah


MURJI’AH

A. Pengertian aliran Murji’ah

Kata Murji’ah berasal dari kata bahasa Arab arja’a, yarji’u, yang berarti menunda atau menangguhkan. Salah satu aliran teologi Islam yang muncul pada abad pertama Hijriyah. Pendirinya tidak diketahui dengan pasti, tetapi Syahristani menyebutkan dalam bukunya Al-Milal wa an-Nihal (buku tentang perbandingan agama serta sekte-sekte keagamaan dan filsafat) bahwa orang pertama yang membawa paham Murji’ah adalah Gailan ad-Dimasyqi.

Aliran ini disebut Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda penyelesaian persoalan konflik politik antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Khawarij ke hari perhitungan di akhirat nanti. Karena itu mereka tidak ingin mengeluarkan pendapat tentang siapa yang benar dan siapa yang dianggap kafir diantara ketiga golongan yang tengah bertikai tersebut. Menurut pendapat lain, mereka disebut Murji’ah karena mereka menyatakan bahwa orang yang berdosa besar tetap mukmin selama masih beriman kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Adapun dosa besar orang tersebut ditunda penyelesaiannya di akhirat. Maksudnya, kelak di akhirat baru ditentukan hukuman baginya.

Persoalan yang memicu Murji’ah untuk menjadi golongan teologi tersendiri berkaitan dengan penilaian mereka terhadap pelaku dosa besar. Menurut penganut paham Murji’ah, manusia tidak berhak dan tidak berwenang untuk menghakimi seorang mukmin yang melakukan dosa besar, apakah mereka akan masuk neraka atau masuk surga. Masalah ini mereka serahkan kepada keadilan Tuhan kelak. Dengan kata lain mereka menunda penilaian itu sampai hari pembalasan tiba.

Paham kaum Murji’ah mengenai dosa besar berimplikasi pada masalah keimanan seseorang. Bagi kalangan Murji’ah, orang beriman yang melakukan dosa besar tetap dapat disebut orang mukmin, dan perbuatan dosa besar tidak mempengaruhi kadar keimanan. Alasannya, keimanan merupakan keyakinan hati seseorang dan tidak berkaitan dengan perkataan ataupun perbuatan. Selama seseorang masih memiliki keimanan didalam hatinya, apapun perbuatan atau perkataannya, maka ia tetap dapat disebut seorang mukmin, bukan kafir. Murji’ah mengacu kepada segolongan sahabat Nabi SAW, antara lain Abdullah bin Umar, Sa’ad bin Abi Waqqas, dan Imran bin Husin yang tidak mau melibatkan diri dalam pertentangan politik antara Usman bin Affan (khalifah ke-3; w. 656) dan Ali bin Abi Thalib (khalifah ke-4; w. 661).


B. Latar belakang munculnya aliran Murji’ah

Munculnya aliran ini di latar belakangi oleh persoalan politik, yaitu persoalan khilafah (kekhalifahan). Setelah terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan, umat Islam terpecah kedalam dua kelompok besar, yaitu kelompok Ali dan Mu’awiyah. Kelompok Ali lalu terpecah pula kedalam dua golongan, yaitu golongan yang setia membela Ali (disebut Syiah) dan golongan yang keluar dari barisan Ali (disebut Khawarij). Ketika berhasil mengungguli dua kelompok lainnya, yaitu Syiah dan Khawarij, dalam merebut kekuasaan, kelompok Mu’awiyah lalu membentuk Dinasti Umayyah. Syi’ah dan Khawarij bersama-sama menentang kekuasaannya. Syi’ah menentang Mu’awiyah karena menuduh Mu’awiyah merebut kekuasaan yang seharusnya milik Ali dan keturunannya. Sementara itu Khawarij tidak mendukung Mu’awiyah karena ia dinilai menyimpang dari ajaran Islam. Dalam pertikaian antara ketiga golongan tersebut terjadi saling mengafirkan. Di tengah-tengah suasana pertikaian ini muncul sekelompok orang yang menyatakan diri tidak ingin terlibat dalam pertentangan politik yang terjadi. Kelompok inilah yang kemudian berkembang menjadi golongan Murji’ah.

Dalam perkembanganya, golongan ini ternyata tidak dapat melepaskan diri dari persoalan teologis yang muncul di zamannya. Waktu itu terjadi perdebatan mengenai hukum orang yang berdosa besar. Kaum Murji’ah menyatakan bahwa orang yang berdosa besar tidak dapat dikatakan sebagai kafir selama ia tetap mengakui Allah SWT sebagai Tuhannya dan Muhammad SAW sebagai rasul-Nya. Pendapat ini merupakan lawan dari pendapat kaum Khawarij yang mengatakan bahwa orang Islam yang berdosa besar hukumnya adalah kafir.

Golongan Murji’ah berpendapat bahwa yang terpenting dalam kehidupan beragama adalah aspek iman dan kemudian amal. Jika seseorang masih beriman berarti dia tetap mukmin, bukan kafir, kendatipun ia melakukan dosa besar. Adapun hukuman bagi dosa besar itu terserah kepada Tuhan, akan ia ampuni atau tidak. Pendapat ini menjadi doktrin ajaran Murji’ah.

C. Ajaran aliran Murji’ah

Dalam perjalanan sejarah, aliran ini terpecah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok moderat dan kelompok ekstrem. Tokoh-tokoh kelompok moderat adalah Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah (Imam Hanafi), Abu Yusuf dan beberapa ahli hadits. Kelompok moderat tetap teguh berpegang pada doktrin Murji’ah diatas. Kelompok ekstrem terbagi lagi ke dalam beberapa kelompok, seperti Al-Jahamiyah, Ash-Shalihiyah, Al-Yunusiyah, Al-Ubaidiyah, Al-Ghailaniyah, As-Saubaniyah, Al-Marisiyah, dan Al-Karamiyah.

Al-Jahamiyah di pelopori oleh Jahm bin Safwan. Menurut paham ini, iman adalah mempercayai Allah SWT, rasul-rasul-Nya, dan segala sesuatu yang datangnya dari Allah SWT. Sebaliknya, kafir yaitu tidak mempercayai hal-hal tersebut diatas. Apaila seseorang sudah mempercayai Allah SWT, rasul-rasul-Nya dan segala sesuatu yang datang dari Allah SWT, berarti ia mukmin meskipun ia menyatakan dalam perbuatannya hal-hal yang bertentangan dengan imannya, seperti berbuat dosa besar, menyembah berhala, dan minum-minuman keras. Golongan ini juga meyakini bahwa surga dan neraka itu tidak abadi, karena keabadian hanya bagi Allah SWT semata.

As-Shalihiyah diambil dari nama tokohnya, Abu Hasan As-Shalihi. Sama dengan pendapat Al-Jahamiyah, golongan ini berkeyakinan bahwa iman adalah semata-mata hanya ma’rifat kepada Allah SWT, sedangkan kufur (kafir) adalah sebaliknya. Iman dan kufur itu tidak bertambah dan tidak berkurang.

Al-Yunusiyah adalah pengikut Yunus bin An-Namiri. Menurut golongan ini, iman adalah totalitas dari pengetahuan tentang Tuhan, kerendahan hati, dan tidak takabur; sedang kufur kebalikan dari itu. Iblis dikatakan kafir bukan karena tidak percaya kepada Tuhan, melainkan karena ketakaburannya. Mereka pun meyakini bahwa perbuatan jahat dan maksiat sama sekali tidak merusak iman.

Al-Ubaidiyah di pelopori oleh Ubaid Al-Muktaib. Pada dasarnya pendapat mereka sama dengan sekte Al-Yunusiyah. Pendapatnya yang lain adalah jika seseorang meninggal dalam keadaan beriman, semua dosa dan perbuatan jahatnya tidak akan merugikannya. Perbuatan jahat, banyak atau sedikit, tidak merusak iman. Sebaliknya, perbuatan baik, banyak atau sedikit, tidak akan memperbaiki posisi orang kafir.

Al-Ghailaniyah di pelopori oleh Ghailan Ad-Dimasyqi. Menurut mereka, iman adalah ma’rifat kepada Allah SWT melalui nalar dan menunjukkan sikap mahabah dan tunduk kepada-Nya.

As-Saubaniyah yang dipimpin oleh Abu Sauban mempunyai prinsip ajaran yang sama dengan paham Al-Ghailaniyah. Hanya mereka menambahkan bahwa yang termasuk iman adalah mengetahui

dan mengakui sesuatu yang menurut akal wajib dikerjakan. Berarti, kelompok ini mengakui adanya kewajiban-kewajiban yang dapat diketahui akal sebelum datangnya syari’at.

Al-Marisiyah di pelopori oleh Bisyar Al-Marisi. Menurut paham ini, iman disamping meyakini dalam hati bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW itu rasul-Nya, juga harus di ucapkan secara lisan. Jika tidak di yakini dalam hati dan diucapkan dengan lisan, maka bukan iman namanya. Adapun kufur merupakan kebalikan dari iman.

Al-Karamiyah yang perintisnya adalah Muhammad bin Karram mempunyai pendapat bahwa iman adalah pengakuan secara lisan dan kufur adalah pengingkaran secara lisan. Mukmin dan kafirnya sesseorang dapat di ketahui melalui pengakuannya secara lisan.

Sebagai aliran yang berdiri sendiri, kelompok Murji’ah ekstrem sudah tidak didapati lagi sekarang. Walaupun demikian, ajaran-ajarannya yang ekstrem itu masih didapati pada sebagian umat Islam. Adapun ajaran-ajaran dari kelompok Murji’ah moderat, terutama mengenai pelaku dosa-dosa besar serta pengertian iman dan kufur, menjadi ajaran yang umum disepakati oleh umat Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber ; ENSIKLOPEDIA of ISLAM.1994.

Rabu, 11 Januari 2012

MANAJEMEN EKONOMI


MANAJEMEN EKONOMI

Definisi dari kata Manajemen






II. Dunia Usaha atau Bisnis Umum Secara Langsung










Selasa, 25 Oktober 2011

KONFLIK INDONESIA BELANDA Dan perjuangan bersenjata Mempertahankan kemerdekaan

KONFLIK INDONESIA BELANDA Dan perjuangan bersenjata Mempertahankan kemerdekaan

25 Oktober 2011
1.1 Latar Belakang Konflik Indonesia – Belanda
Menyerahnya Jepang kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 membawa hikmah yang sangat besar kepada perkembangan bangsa Indonesia sebagai sebuah Negara yanag berdaulat. “Vacuum of Power”, yaitu kekosongan kekuasaan yang terjadi di Indonesia dapat dimanfaatkan oleh para “Founding fathers” untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan dilanjutkan dengan upaya melengkapi kelengkapan Negara melalui sidang PPKI tanggal 18, 19 dan 22 Agustus 1945. Maka lengkap dan sah lah Indonesia sebagai sebuah Negara berdaulat dengan nama Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai peristiwa telah terjadi di Indonesia setelah Soekarno Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI. Di daerah daerah muncul berbagai peristiwa spontan dan heorik sebagai bentuk dukungan terhadap proklamasi, seperti :
1) Surat Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX (5 September 1945)
Berisi tentang pernyataan resmi Sri Sultan Hamengku Buwono IX, bahwa Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat menyatakan diri bergabung dengan RI sebagai daerah Istimewa.
“(Catatan Penting : bahwa Keraton Yogyakarta tidak pernah dijajah oleh Hindia Belanda, sehingga ketika Indonesia merdeka Yogyakarta adalah Negara/kerajaan mandiri. Karena menurut perjanjian internasional tahun 1896 wilayah Indonesia adalah Bekas Hindia Belanda)”.
Dengan pernyataan ini secara resmi Yogyakarta menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republic Indonesia.
2) Rapat Raksasa di Lap. Ikada (19 September 1945)
3) Insiden Bendera di Hotel Yamato (19 September 1945)
4) Pertempuran lima hari di Semarang
5) Dsb (materi ini dibahas di kelas 8)
Sebagai pemenang Perang Dunia II, tetap berusaha untuk masuk ke Indonesia. Pasukan Sekutu yang diwakili oleh AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies = Pasukan Sekutu dari Divisi Inggris) mendarat di Tanjung Priok pada tanggal 29 September 1945 dibawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christisson. Kedatangan pasukan AFNEI ini pada awalnya disambut dengan hangat oleh pemerintah RI, karena mereka mengemban tugas untuk :
1. melucuti sejata pasukan Jepang dan memulangkan tentara Jepang ke negaranya
2. membebaskan tawanan perang
3. mengadili dan menjatuhkan hukuman kepada para penjahat aperang
Di Indonesia pasukan AFNEI dibagi dalam 3 divisi, yaitu :
1) Divisi India ke 23 ditempatkan di Jawa Barat, dipimpin oleh Mayjend. DC. Hawthorn
2) Divisi India ke 5 di tempatkan di Jawa Timur, dipimpin oleh Mayjend EC Mansergh
3) Divisi India ke 26 ditempatkan di Sumatera, dipimpin oleh Mayjend HM Chambers
Situasi berubah menjadi kecurigaan setelah bangsa Indonesia mengetahui bahwa kedatangan pasukan AFNEI diboncengi oleh NICA (Nederlands Indische Civil Administratie) dibawah komando Mayjend HJ Van Mook dan Mayjend Van der Plass. Kedatangan NICA ini menimbulkan kecurigaan bahwa Belanda akan mengambil kembali kekuasaannya di Indonesia. Kecurigaan tersebut semakin tampak setelah NICA mempersenjatai kembali KNIL (Pasukan Belanda di Indonesia) yang telah dibebaskan dari tawanan Jepang. Pasukan NICA mulai memancing perselisihan di berbagai daerah dengan tindakan yang provokatif, sehingga menimbulkan insiden-insiden pertempuran dengan para pejuang RI. Contoh konkrit tindakan provokatif NICA adalah : Insiden Bendera di Hotel Yamato Surabaya pada tanggal 19 September 1945.


1.2
Dua peristiwa yang terjadi secara bersamaan pada tanggal 19 September 1945 :
1. Sebelah kiri : insiden bendera di Hotel Yamato Surabaya
2. Sebelah kanan : suasana rapat raksasa (Komite Van Aksi) di lap. Ikada Jakarta


1.2 Perjuangan Rakyat dan Pemerintah di Berbagai Daerah Dalam Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indoneisa
  1. Peristiwa Heroik di Surabaya (10 Nopember 1945)
Pasukan Sekutu mulai memasuki kota Surabaya pada tanggal 20 Oktober 1945 dibawah pimpinan Mayor Jenderal AWS Mallaby. Mereka langsung menyerbu penjara republic untuk membebaskan tenatara sekutu dari tawanan para pejuang RI. Tindakan profokatif ini memancing insiden-insiden kecil, dan mencapai puncaknya dengan tewasnya Mallaby dalam insiden pertempuran di Jembatan Merah. Peristiwa ini dijadikan alasan oleh sekutu untuk mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya “ …………..para pemimpin dan orang orang Indoneisa yang bersenjata harus melapor dan menyerahkan senjatanya ditempat-tempat yang telah ditentukan. Selanjutnya, menyerahkan diri dengan mengangkat tangan keaatas, dengan batas waktu tanggal 10 Nopember 1945 jam 06.00 pagi. Bila tidak, Saurabaya akan digempur dari darat, laut dan udara….”
Ultimatum in tidak dihiraukan oleh para pejuang Surabaya. Bung Tomo, dengan pidatonya yang berkobar-kobar dari RRI Stasiun Surabaya membakar semanagat juang rakyat Surabaya menentang kembalinya Sekutu dan Belanda.
Maka pada tanggal 10 Nopember 1945 terbuktilah ancaman dari Sekutu untuk mebombardir Saurabaya dari darat, laut dan udara. Pertempuran yang tidak seimbangpun terjadi. Sekutu dengan peralatan dan mesin tempur yang canggih, sedangkan para pejuang RI dengan senjata seadanya hasil rampasan dari Jepang.
“Sang Orator Bung Tomo” ; pembakar semangat juang dan pemimpin pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya. Beliau gugur dalam peristiwa yang sangat dahsyat itu. (Para veteran Sekutu mengatakan bahwa peristiwa 10 Nop. 1945 di Surabaya sebagai Inferno / neraka, yang kedahsyatan perangnya lebih mengerikan dibandingkan perang dunia II)
Sumber : 30 Th. Indonesia Merdeka
Pasukan BKR dari berbagai daerah di Indonesia berdatangan masuk ke Surabaya untuk bertempur bersama-sama rakyat Surabaya melawan Sekutu. Pertempuran baru berakhir tanggal 14 Desember 1945.

  1. Palagan Ambarawa (12 – 15 Desember 1945)
Peristiwa ini bermula dari kedatnagan tentara Sekutu dibawah pimpinan Brigjend. Bethel di Semarang. Tujuan semula poasukan ini adalah mengurus tawanan perang Jepang. Namun NICA kemudian mempersenjatai para bekas tawanan ini untuk membuat kekacauan di Kota Magelang dan Ambarawa. Pertempuran sudah dimulai sejak 20 Nopember 1945. Pertempuran mencapai puncaknya pada tanggal 12 – 15 Desember 1945 dibawah komando kolonel Sudirman. Dengan strategi peperangan yang brillian dari Kolonel Sudirman, pasukan BKR berhasil memukul mundur pasukan Sekutu dari Semarang. Karena jasanya inilah Kolonel Sudirman kemudian diangkat sebagai Panglima TKR (menggantikan Syudancho Supriyadi yang tidak pernah muncul) dengan pangkat baru Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Peristiwa ini diperingati sebagai hari infanteri setiap tanggal 15 Desember.

  1. Bandung lautan Api (24 Maret 1946)
Peristiwa ini bermula dari tindakan Sekutu yang memerintahkan para pejuang RI di Bandung untuk menyerahkan senjata rampasan dari Jepang. Pertempuran pun pecah, dan mengakibatkan Kota Bandung terbagi menjadi dua dengan batas demarkasi jalan/rel kereta api yang membelah kota Bandung. Bandung Utara berhasil dikuasai Sekutu, sedangkan Bandung Selatan dikuasai TKR.
Berdasarkan Saurat Perintah Perdana Menteri Amir Syarifudin pada tanggal 20 Nopember 1945, antara pasukan Sekutu dan TKR harus mengadakan genjatan senjata /menghentikan tembak menembak.
Pada tanggal 23 Maret 1946 Sekutu mengeluarkan ultimatum kepada para pejuang RI untuk mengosongkan kota Bandung . Akibatnya pertempuran pun kembali menghebat. Pada saat itu datang dua buah surat perintah yang isinya membingungkan, yaitu :
1) Dari perdana Menteri Amir Syarifudin
Bahwa para pejuang / pasukan RI harus mundur dari kota Bandung sesuai dengan perjanjian antara pemerintah RI dengan Sekutu yanag saat itu sedang berlangsung di Jakarta.
2) Dari Panglima TKR (Jenderal Sudirman)
Bahwa para pejuang/pasukan RI harus mempertahankan Kota bandung sampai titik darah penghabisan.
Menghadapi dua perintah yang berbeda ini, akhirnya pada tanggal 24 Maret 1946 pasukan RI mengambil sikap untuk mundur dari kota Bandung dengan cara membumi hanguskan kota Bandung, supaya semua fasilitas yang ada tidak dapat dipergunakan oleh Sekutu. Maka terjadilah apa yang disebut dengan Bandung Lautan Api.

  1. Medan Area (10 Dember 1945)
Pasukan Sekutu memasuki Kota Medan dibawah pimpin Brigadir Jenderal Ted Kelly, didahului oleh pasukan komando pimpinan Kapten Westerling
Pada tanggal 18 Oktober 1945 Sekutu mengeluarkan ultimatum yang isinya :
1) melarang rakyat membawa senjata
2) semua senjata harus diserahkan kepada pasukan Sekutu
Karena ultimatumnya tidak dihiraukan oleh rakyat Medan, Pasukan Sekutu mengerahkan kekuatannya untuk menggempur kota Medan dan sekitarnya. Serangan Sekutu ini dihadapi dengan gagah berani oleh pejuang RI dibawah koordinasi kolonel Ahmad Tahir
  1. Puputan Margarana di Bali (18 Desember 1946)
Dalam bahasa bali, Puputan berarti perang sampai titik darah penghabisan. Peristiwa inilah yang terjadi di desa Margarana, Tabanan Bali pada tanggal 18 Desember 1946. Pasukan Ciung Wanara pimpinan Kolonel I Gusti Ngurah Rai dengan semangat puputan menyerbu tangsi / markas NICA di Tabanan untuk menggagalkan pembentukan Negara Indonesia Timur dalam Konferensi Denpasar yang saat itu sedang berlangsung. I Gusti Ngurah Rai dan seluruh anggota pasukannya gugur dalam pertempuran tersebut.

  1. Peristiwa 11 Nopember 1946 di Sulawesi Selatan
Pada saat Belanda (Mayjend Van Mook) sedang mengadakan Konferensi Denpasar dalam rangka pembentukan negara Indonesia Timur dan negara-negara boneka lainnya, pada tanggal 11 Desember 1946 Belanda mengumumkan bahwa Sulawesi berada dalam status darurat perang dan hukum militer (akibat dari penolakan rakyat terhadap rencana (pembentukan Negara Indonesia Timur). Rakyat Sulawesi Selatan yang diangap menolak atau tidak setuju/menentang rencana tersebut dibantai habis oleh pasukan Belanda pimpinan Raymond Westerling yang mengakibatkan lebih dari 40.000 jiwa rakyat Sulawesi meninggal.
Robert Wolter Monginsidi dan Andi Matalatta yang memimpin pasukan untuk melawan kebiadaban Belanda akhirnya tertangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Selasa, 04 Oktober 2011

Laporan LPJ OSIS SEKBID 8 MAN SUBANG 2010 - 2011 (endang Ruchyat)

KATA PENGANTAR


Bissmilah Alhamdulilah fuji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya lah kami selaku pengurus OSIS Sekbid 8 MAN Subang periode 2010 - 2011 telah dapat menyelesaikan Laporan Pertanggung Jawaban walaupun dalam laporan tersebut masih jauh dari kesempurnaan.

Harapan kami semoga dalam laporan pertanggung jawaban ini dapat menyajikan apa yang telah kami rencanakan dan dilaksanakan setelah direalisasikan secara nyata tentang program-program kami serta mampu memberikan gambaran yang subyektif mungkin, laporan pertanggung jawaban sekbid 8 OSIS MAN Subang periode 8 sehingga para peserta baru bisa menilai secara arif dan bijaksana tentang buku dan laporan pertanggung jawaban ini.

Kami mengucapkan terima kasih banyak pada semua pihak yang telah membantu dan mau bekerjasama serta terlibat dalam mensukseskan serta mengelola program-program sekbid 8 OSIS MAN Subang periode 2010 - 2011 semoga segala darma bakti yang telah disumbangkan bagi kelancaran roda perjalanan kepengurusan kami mendapatkan pahala dari Allah SWT, Amin.

Akhirnya kami atas nama pengurus sekbid 8 OSIS periode 2010 - 2011 dengan segala kerendahan hati mohon pamit serta maaf yang setulus-tulusnya atas kekurangan, kesalahan, kekhilafan, kebodohan, serta kecerobohan selama kami menjabat sebagai pengurus OSIS MAN Subang periode 2010 - 2011



Subang, 05 Oktober 2011

Sekbid 8

DAFTAR ISI

HAL

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

I. PENDAHULUAN......................................................................................

II.SUSUNAN PENGURUS...........................................................................

III. DAFTAR ANGGOTA................................................................................................

IV. GARIS BESAR PROGRAM KERJA (GBPK)...................................................................

V.REALISASI GBPK...................................................................................

VI.

KEUANGAN..............................................................................................

VII.

VIII.

IX. IVENTARIS BARANG...........................................................................

X. HAMBATAN DAN SARAN....................................................................

XI. PENUTUP................................................................................................

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN SEKBID 8

ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH MASA BHAKTI 2010 - 2011

I. PENDAHULUAN

Salah satu tujuan dari OSIS adalah menumbuhkan tunas bangsa agar menjadi generasi yang lebih baik, sanggup bertanggung jawab, mampu membina dan membangun generasi penerus selanjutnya. Sekbid 8 OSIS MAN Subang merupakan wadah untuk mengembangkan kreativitas, minat dan bakat peserta didik di dalam ( RESEPSI DAN APRESIASI SENI )

Setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi intra maupun ekstra di MAN Subang selama satu periode harus dipertanggungjawabkan melalui laporan pertanggungjawaban OSIS kepada lembaga Intra tertinggi yaitu Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK). Hal ini dimaksudkan agar setiap kegiatan dapat dievaluasi segala kelebihan dan kekurangannya agar menjadi cerminan untuk melaksanakan kegiatan dengan lebih baik lagi.

II. SUSUNAN PENGURUS




















Koord Marawis


Koord Padus


Koord Band
Koord Qosidah
Koord Nasyid





Dhemira M

Fathar A N
Fathar A N

Devi F


Dony ikbal